Senin, 28 September 2015

prinsip dasar episimologi islam

I.                   PENDAHULUAN
Agama islam adalah satu-satunya agama disisi Allah yang diridhoi, agama islam juga mengatur berbagai dimensi hubungan manusia dalam menjalani aspek kehidupan. Ia mengajarkan bagaimana melakukan hubungan baik antara manusia dengan Sang Khaliq, manusia dengan manusia, dan manusia dengan makhluk lainnya.
Mempelajari dan mengamalkan agama islam sangant diperlukan bagi penganutnya agar tidak terjerumus pada hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. di zaman modern, orang terlalu mudah terpengaruh dengan budaya luar yang tidak sesuai dengan ajaran islam secara kaffah.
Pendidikan agama tidak terlepas dari pengajaran agama, yaitu pengetahuan yang ditunjukkan pada pikiran, jiwa dan kepribadian yang berisikan hukum-hukum, syarat-syarat, kewajiban-kewajian, batas-batas dan norma-norma yang harus dilakukan. Islam sebagai agama yang terakhir, memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya.



II.                RUMUSA MASALAH
a.       Pengertian epistimologi dan Islam
b.      Sumber pengetahuan (wahyu,akal, dan rasa)
c.       Kriteria kebenaran dalam epistimologi Islam
d.      Peranan dan fungsi pengetahuan Islam.
III.             PEMBAHASAN
1.      Pengertian Epistimologi dan Islam
a.      Pengertian Islam
Secara etimologis islam brasal dari kata aslama  yang berarti “menyerahkan diri”. Secara substansial kata ini mengandung banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada Rasulullah oleh seorang tak dikenal. Selanjutnya dengan secara gamblang Rosulullah SAW menjelasakan bahwa kata islam mengandung tiga dimensi dasar yang saling terkait yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Dengan pengertian bahwa seseorang yang menyatakn dirinya sebagai seorang islam dia harus memenuhi trilogi tersebut.1
Kata aslama itulah yang menjadi kata islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh dan taat, menyerahkan diri kepada Allah SWT. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin keselamatannya di dunia dan akhirat.2
Sedangkn secara istilah Islam adalah nama bagi suatu [1]agama yang berasal dari Allah SWT. Nama islam demikian itu memiliki perbedaan yang luar biasa dengan agama lainnya. Kata islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia atau dari suatu negeri. Kata islam adalah nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Hal demikian dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT
Selanjutnya dilihat dari segi misi ajarannya, islam adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama dari seluruh nabi dan Rosul yang pernah diutus oleh Allah SWT. Pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia islam itulah agama bagi Adam A.S, Nabi Ibrohim, Nabi Yakub dst. Hal demikin dapat dipahami dri ayat-ayat yangterdapat didalam Al-Quran yang menugaskan bahwa para nabi tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah.3
b.      Pengertian Epistimologi
Epistimologi adalah cabang filsafat yng membicarakan hakikat ilmu  dan ilmu sebagai proses yang merupakan usah pemikiran sistematis dan metodis demi meraih kebenaran yang terdapat dalam satu ilmu. Dalam Al-Qur’an, kedudukan ilmu sangat penting sampai akar kata ilmu ini dideviasi (diulang-ulang) sebanyak 800 kali.4
Epistimologi yaitu cabang filsafat yang secara khusus [2]membahas teori ilmu pengetahuan. Epistimologi berasal dari kata “episteme” yang berarti pengetahuan.

2.      Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal dan Rasa)
a.      Wahyu
Wahyu berasal dari kata arab Al-Wahy, artinya “suara”, api [3]dan kecepatan. Disamping itu wahyu juga mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Selanjutnya al-wahy mengandung arti pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat. Namun dari sekian banyak arti itu wahyu lebih dikenal dalam arti “ Apa yang disampaikan Allah kepada para Nabi”. Dengan demikian, dalam kata wahyu terkandung arti penyampaian sabda Allah kepada orang pilihan-Nya. Agar diteruskan kepada umat manusia dalam perjalanan hidupnya baik didunia maupun diakhirat nanti. Dalam Islam wahyu atau sabda Tuhan yang disampaikan  kepada Nabi Muhammad, semuanya tersimpan dengan baik dalam Al-Quran.  Al-Quran karena itu, mengandung sabda Tuhan berupa wahyu dalam bahasa arab. Sabda Tuhan dalam Al-Quran tidak hanya dalam isi, tetapi juga dalam kata-katanya. Akal dan wahyu merupakan sakaguru ajaran islam. Namun segera harus ditegaskan bahwa dalam sistem ajaran agama islam, wahyulah yang pertama dan utama.5
Kaerena Allah adalah sumber pengetahuan, maka Allah dapat memberikan ilmu yang dikehendaki-Nya tanpa proses berpikir atau pengamatan empiris menurut Al-Ghazali, ilmu ini tidak diperoleh lewat pengamatan atau pemikiran, tetapi lewat dzanq. Kadang-kadang ilmu ini disebut sebagai “Ilmu Laduni”.6
Al-Quran dan As-Sunnah, keduanya merupakan sumber pertama ilmu. Al-Qur’an berkali-kali mengingatkan kita untuk memikirkan ayat-ayat - Nya dan mengambil pelajaran darinya.
b.      Akal
Al-Qur’an menyebutkan adanya pengetahuan yang diperoleh lewat taaqqul, tafaqquh, dan tadzakku (merenungkan, memikirkan ,memahami dan mengambil pelajaran). Pengetahuan jenis inilah yang dapat “menangkap” ayat-ayat Allah pada kejadian-kejadian langitr dan bumi.
Pengetahuan akal jelas lebih tnggi daripada pengetahuan indera. Menurut Al-Qur’an, fakultas yang mempunyai fungsi akal disebut Qalb dan fuad. Pengetahuan indera boleh jadi  memberikan masukan pada Qalb lewat mekanismenya sendiri,. Betapapun tinggina pengetahuan akal dibandingkan dengan pengetahuan indera, dapat juga jatuh dalam kekeliruan-kekeliruan fatal.[4]
Al-Qur’an menyebutkan beberapa faktor yang mendistoksi penetahuan akal.
1.      Tidak ada iman. Tanpa iman, orang tidak akan sampai pada pengetahuan yang benar. Ia akan terjebak dalam pandangan materialistis dan tidak melihat realitas yang nonmaterialistas.
2.      Mengikuti hawa nafsu dan angan-angan. Berpikir mengikuti keinginan (wishful thinking), atau untuk membela kepentingan-kepentingan pribadi, akan memalingkan orang dai kebenaran-kebenaran dan menyesatkannya dari jalan Allah.
3.      Kecintaan dan kebencian buta serta fanatisme; ini adalah kumpulan prasangka yang akan melemahkan kemampuan akal.
4.      Mengikuti secara membuta pandangan masallu atau tokoh-tokoh pemikiran, keterikatan pada otoritas (tradisi atau pemimpin) mengeruhkan proses berfikir dan menjauhkan dari petunjuk.
5.       Takabbur, takabbur selain dapat menimbulkan murka Allah, juga menimbulkan kerusakan dan menghambat ilmu atau pemikiran.
6.      Kebodohan atau mengikuti spekulasi (zhan). Sumber kesalahan berpikir terletak pada kebodohan tentang maslah yang dipikirkan dan mengganti informasi dengan hanya berlandaskan zhan.
7.      Ketergesaan dalam memutuskan atau menarik kesimpulan. Ketergesaan selalu menyiratkan kurang cermat, sehingga menimbulkan kesalahan.
8.      Sama sekali tidak menggunakan akal. Al-Quran mencela orang-orang yang beramal dari dat lahiriah saja dan tidak berfikir.7

c.       Rasa (Indera)
Al- Qur’an mengakui peermulaan pengtahuan lewat eksperimen dan pengamatan inderawi. Allah memberikan contoh bagai mana dia mengajarkan manusia pengetahuan melalui contoh-contoh yang dapat diamati. Allah mengajari Qabil cara mengubur mayat dengan prantaraan burung gagak, mengajari seorang laki-laki sholeh pengertian kebangkitan [5]manusia lewat pengaaamatan eksperimen, dan mennjukkan kepada Ibrahim A.S. bagaimana menghidupkan yang mati, juga lewat eksperimen di tempat yang lain. Al-Qur’an mengajarkan konsep-konsep yang abstark dengan menganalogikannya pada hal yang konkret. Al-Qur’an mengecam orang-orang yang tidak menggunakan inderanya untuk memperoleh pengetahuan.
Walaupun begitu, Al-Qur’an menjelaskan keterbatasan alat indra untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Al-Qur’an mengancam orang-orang yang hanya mengandalkan inderanya untuk sampai kpada kebenaran seperti kaun nabi musa yang ingin melihat Allah secara langsung atau orang-orang yang berkata kepada nabi, bahwa merek baru mau beriman apabila melihat air yang memancar dari dalam bumi, langit yang runtuh, atau munculnya Malaikat. Kaium positivis yang hanya menganggap pengetahuan seperti yang dapat diamati atau di ukur, selain itu, Al-Qur’an juga menunjukkan adanya realitas yang tidak dapat diamati contohnya yaitu Qs 12:13) yang berbunyi “ Allah yang meninggikan langit tanpa tiang yang dapat kamu lihat”.
Menurut Dr. Mahdi Gulshani, yang menarik dewasa ini ialah besarnya pengaruh Positivisme pada pikiran para sarjana muslim Positivisme hanya memandang apa yang dapat diamati dan menolak adanya pengetahuan diluar penglaman inderawi. Tidak munkin kita mengkritik Positivisme dalam tulisan ringkas ini, secacara singkat kita bisa menunjukkan bahwa:
1.      Tidak ada data yang murni eksperimental.
2.      Kita selalu mengamti sesuatu dengan persepsi tertentu, dengan teori tertentu. Teori-teori ilmiah merupakan cara-cara untuk melihat dunia, dan penggunaan asas teori-teori ilmiah itu mempengaruhi keyakinan dan harapan umum kita, dan dengan demikian juga mempengaruhi pengalaman-pengalaman kita.[6]
3.      Konsep-konsep dasar ilmu tidak dipereoleh lewat induksi dari pengalaman indera, tetapi semata-mata ciptaan pikiran manusia. Teori tidak pernah lahir dari pengamatan langsung atas data eksperiment.8
4.      Kriteria kebenaran dalam epistimologi islam
Pandanagn islam akan ukuran kebenaran merujuk kepada landasan keimanan dan keyakinan terhadap keadilan yang bersumber pada al-qur’an . sebagaio mana yang di utarakan oleh fazrur rahman bahwa semangt dasar dasar Al-Qur’an adalah semangat moral, ide-ide keadilan sosial dan ekonomi. Hukum moral adalah abadi, ia adalah ‘Perintah Allah”. Manusia tidak dapat membuat ataupun memusnahkan hukum moral. Ia harus menyerahkan diri kepada-Nya. Pernyataan ini dinamakan islam dan implementasinya dalam kehidupan disebut ibadah atau pengabdian kepada Allah SWT. Tetapi hukum moral dan nilai-nilai spiritual, untuk bisa dilaksanakan haruslah diketahui.
Dalm kajian epistimologi islam dijumpai beberapa teori tentang kebenaran.
a.      Terori Korespondensi
Menrut teori ini suatu posisi atau pengertian itu benar adalah apabila trdapat suatu fakta atau realitas, yang sesuai dengan situasi aktual maka kebenran adalah sesuia dengan situasi akal yang diberi interpretasi.
b.      Teori Konsistensi
Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (Judgement) dengan suatu yang lain yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri, dengan putusan lain yang telah kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu, jadi sesuatu itu benar, hubungan itu saling berhubungan dengan kebenaran sebelumnya
c.       Teori Prakmatis
            Teori ini mengemukakan menar tidaknya suatu ucapan, dalil atau semata-mata tergantung pada berfaedah tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk berfaedah dalam kehidupannya.9
5.      Peran dan funsi Pengethuan Islam
Pengetahuan berasal dari bahasa arab yaitu ‘ilm dan merupakan lawan kta dari jahl yang berarti ketidak tahuan atau bodoh, pengethuan itu sendiri terdiri dari dua jenis, pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah, [7]pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, panca indra, dan instuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara, dan kegunaannya, dalam bahasa inggris, jenis pengetahuan ini disebut knowledge. Pengetahuan ilmiah juga merupakan keseluruhan bentuk upaya manusia untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan objek yang ditelh. Cara yang digunakan, dan kegunaan pengetahuan tersebut. Denga kata lain, pengetahuan ilmiah memperhatikan objek ontologis, landasan epistimologis dan landasan kronoilogis dari pengethuan itu  sendiri. jenis pengetahuan ini dalam bahasa inggiris disebut science. Dalam ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu pengethuan yang kedua.
Menurut Nur Cholis Majid ilmu merupakan hasil pelaksanaan perintah Tuhan untuk memperhatikan dan memahami alam raya ciptaan-Nya. Sebagai menifestasi  atau  penyingkapan tabir akan rahasia, argument ini dijelaskan oleh Ibnu Rusyd dalam makalahnya “fashl al-maqaal wa faqrir ma bain al- hikmah wa al- syari’ah min al-ittisihar”. Antara iman dan ilmu tidak dapat dipisahkan karena iman tidak saja mendorong bahkan menghasilkan ilmu, tetapi membimbing ilmu dalam bentuk pertimbangan moral dan etis dalam penggunaannya.
Peran dan fungsi pengetahuan dalam islam ini dapat kita lihat dari 5 (lima) ayat pertama surat Al-Alaq. Pada ayat tersebut terdapat kata Iqra’ yang diulang sebanyak dua kali, kata tersebut menurut A. Baiqoni selain berarti membaca dalam artian biasa, juga berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendeskripsikan, menganalisa, dan penyimpulan secara induktif.
Secara rinci dapat digambarkan empat fungsi ilmu pengetahuan:
a.       Fungsi deskriptif yaitu menggambarkan, melukiskan dan memaparkan masalah sehingga mudah dipelajari.
b.      Fungsi pengembangan: yaitu melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemukan hasil penemuan yang baru.
c.       Fungsi fredeksi yaitu meramalkan kejadian-kejadian yang kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu usaha [8]menghadapi.
d.      Fungsi kontrol yaitu usaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak dikehendaki.10



IV.             KESIMPULAN
Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia, agama dari seluruh nabi dan rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT. Pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia islam itulah agama bagi Adam A.S, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’qub, dst. Hal demikian dapat dipahami dari ayat-ayat yang terdapat didalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa para Nabi tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah.
Epistimologi yaitu cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan. Epistimologi bersal dari kata “episteme” yang berarti pengetahuan.
Sumber pengetahuan (Wahyu, Akal, dan Rasa)
a.      Wahyu
Dalam islam wahyu atau Sabda Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Semuanya tersimpan dengan baik dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an karena itu, mengandung Sabda Tuhan yang berupa wahyu. Dalam bahasa arab sabda Tuhan dalam Al-Qur’an tidak hanya pada isi, tetapi juga dalam kata-katanya. Akal dan wahyu merupakan saka guru ajaran islam. namun segera ditegaskan bahwa dalam sistem ajaran agama islam wahyulah yang pertama dan utama.



b.      Akal
Pengetahuan akal jelas lebih tinggi dari pada pengetahuan indra menurut Al-Qur’an, fakultas yang mempunyai akal disebut qalbdan fuad.
c.       Indera (Rasa)
Al-Qur’an menjelaskan keterbatasan alat indra untuk memperoleh pengetahuann yang benar. Namun al-qur’an mengancam orang-orang yang tidak menggunakan inderanya untuk memperoleh pengetahuan.
Dalam kajian epistimologi islam di jumpai beberapa teori tentang kebenaran yaitu.
a.       Teori Korespondensi
b.      Teori Konsistensi
c.       Teori Prakmatis
Peran dan fungsi pengetahuan dalam islam ini dapat kita lihat dari 5 (lima) ayat pertama surat Al-Alaq pada ayat tersebut terdapat kata Iqra’ yang diulang sebanyak dua kali, kata tersebut menurt A. Baiqoni selain berarti membaca dalam artian biasa. Juga berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendeskripsikan, menganalisa dan penyimpulan secara induktif.

V.                PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami susun, besar kemungkinan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan. Dan semoga makalah ini dapat menambah wacana keilmuan kita semua.

VI.             DAFTAR PUSTAKA

§  Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000)
§  Syukur, Amin, Metodologi Studi Islam, (Semarang: Gunung Jati Semarang.1998)
§  Noor, Fauz, Tapak Sabda, (Yogyakarta: Pustaka Sastra (KIS,2004)
§  Daud Ali, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:1997)
§  Rahmat, Jalaludin. Islam Alternatif, (Bandung: Penerbit Mizan, 1998)
§  Http://Library, USU.Ac.Id/Download/fs/Arab—Naskah 6. Senin, 5 Oktober 2009.
§  Abdullah, Amin, studi islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar