A.
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan
salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman
dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan pendidikan. Kurikulum harus
sesuai dengan falsafah dan dasar Negara yaitu pancasila dan UUD 1945 yang
menggambarkan pandangan hidup suatu bangsa. Melihat dari pengertiannya
kurikulum merupakan jarak yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Dalam hal
ini kurikulum berasal dari bahasa olahraga yang mengandung arti pelari yang
menempuh jarak dari garis start sampai finish.[1]
Kurikulum merupakan
salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam pendidikan, sebab dalam
kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga
memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga akan memberikan pemahaman tentang
pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Oleh karenaa begitu
pentingnya fungsi dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada
jenjang manapun harus didasarkan pada asas-asas tertentu. Pengembangan
kurikulum pada hakekatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan
bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya.
Kurikulum mempunyai hubungan erat dengan teori pendidikan. Kurikulum disusun
mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum, dan teori kurikulum diturunkan
atau dijabarkan dari teori pendidikan tertentu. Kurikulum dapat dipandang
sebagai rencana konkret penerapan teori pendidikan.[2]
Dalam memngembangkan
kurikulum tentunya tidak secara spontan dikembangkan tetapi harus mempunyai
pendekatan dan model yang digunakan dalam mengembangkan kurikulum.Dengan
demikian dalam pembahasan makalah ini kami menbahas tentang pengembangan
kurikulum berbasis soft skill.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah pengertian soft skill?
2.
Bagaimana soft skill dalam dunia pendidikan?
3.
Bagaimanakah pengembangan kurikulum berbasis soft
skill?
C.
PEMBAHASAN
1. Pengertian soft skill
Soft
skills merupakan
keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau
bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang
akan semakin terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi,
keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok,
memiliki etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual.[3]
Soft
skill yaitu semua sifat yang
menyebabkan berfungsinya hard skills yang dimiliki. Soft skills dapat menentukan arah pemanfaatan hard skills. Jika seseorang memilikinya dengan baik, maka ilmu dan
keterampilan yang dikuasainya dapat mendatangkan kesejahteraan dan kenyamanan
bagi pemiliknya dan lingkungannya. Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki soft skills yang baik, maka hard skills
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.[4]
Soft
skills merupakan komplemen
dari hard skills. Jenis keterampilan ini merupakan bagian dari kecerdasan
intelektual seseorang, dan sering dijadikan syarat unutk memperoleh jabatan atau
pekerjaan tertentu[5]. Aribowo
sebagaimana dikutip oleh Illah Sailah menyebutkan: Soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan
orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Atribut soft skills, dengan demikian meliputi nilai yang dianut, motivasi,
perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. Atribut soft skills ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang
berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan
bersikap. Namun, atribut ini dapat berubah jika yang bersangkutan mau
merubahnya dengan cara berlatih membiasakan diri dengan hal-hal yang baru.[6]
Menurut Agus Wibowo soft skill merupakan ketrampilan
seseorang berhubungan dengan orang lain (interpersonal
skill), dan ketrampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skill) yang mampu mengembangkan untuk kerja secara
makimal. Dikaitkan dengan kompetensi guru, maka kompetensi kepribadian
merupakan wujud dari intrapersonal skill
dan kompetensi sosial merupakan wujud dari interpersonal
skills.[7]
Dari berbagai definisi tersebut dapat
dirumuskan bahwa pada dasarnya soft skills
merupakan kemampuan yang sudah melekat pada diri seseorang, tetapi dapat
dikembangkan dengan maksimal dan dibutuhkan dalam dunia pekerjaan sebagai
pelengkap dari kemampuan hard skills. Keberadaan antara hard skills dan soft skills sebaiknya seimbang, seiring,
dan sejalan.
2. Soft skill dalam dunia pendidikan
Pembelajaran soft skills sangatlah penting untuk diberikan kepada siswa sebagai
bekal mereka terjun ke dunia kerja dan industri, khususnya bagi sekolah
kejuruan yang mencetak lulusannya siap pakai di dunia kerja karena tuntutan
dunia kerja lebih menekankan pada kemampuan soft
skills.
Berdasarkan Survey National Association
of Colleges and Employee (NACE, 2002), terdapat 19 kemampuan yang diperlukan di
pasar kerja, kemampuan yang diperlukan itu dapat dilihat berikut ini:[8]
a. Komunikasi
Langkah-langkah
membangun komunikasi anak:
1) Biasakan anak menyukai membaca. Membaca
yang banyak membuat wawasan anak-anak akan luas.
2) Menugaskan anak menuliskan setiap yang
mereka fikirkan dalam tulisan. Komunikasi tulisan nantinya akan dapat terbangun
dengan kebiasaan menulis.
3) Presentasi, minimal anak memberikan ide
dan gagasan
4) Memberikan koreksi
5) Menjaga intonasi dan tata cara
berkomunikasi
b. Kejujuran
Langkah praktis yang perlu disadari
dalam menumbuhkan kejujuran adalah:
1) Guru mesti selalu menepati janji setiap
yang dijanjikan kepada anak didik.
2) Menjaga disiplin dalam proses belajar,
mengajar serta proses ujian dengan pembuatan reward dan sanksi.
3) Inisiatif membuat kantin jujur adalah
salah satu kreasi menumbuhkan kejujuran.
4) Memberikan kesempatan yang merata pada
seluruh siswa untuk menyusun kerja secara mandiri, dan melaporkan bagaimana
proses pekerjaan dilakukan.
5) Mengkoreksi kesalahan tata cara
penulisan, perkataan, dalamkonteks kejujuran dalam mengutip, menyadur, dan
melaporkan bahan bacaan.
c. Kerjasama
Cara yang bisa dilakukan adalah dengan
penugasan berkelompok. Pekerjaan berkelompok sebaiknya didorong dengan
melibatkan masing-masing individu untuk mengerjakan sesuatu masalah secara
bersama sama.
d. Interpersonal
Interpersonal lebih kepada bagaimana
membangun kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan berhubungan dengan orang
lain. Dalam hubungan interpersonal penekanan lebih kepada bagaimana seseorang
mampu menempatkan dirinya dengan orang lain yang beragam. Orang lain, teman
kerja, atau anggota masyarakat sosial, memiliki karakter yang beragam satu sama
lain.
Peran guru adalah sebagai berikut:
1) Membiasakan anak untuk berani dan
percaya diri
2) Memberikan dan eksebisi contoh etika
baik dan buruk, dan membuat simulasinya didalam kelas
3) Memberikan penjelasan terhadap contoh
hubungan interpersonal yang baik dan buruk.
e. Etos kerja yang baik
Peranan guru dalam menumbuhkan etos
kerja adalah sebagai berikut:
1. Memberikan tugas, yang semakin lama
akan semakin berat dilalui oleh anak didik, dengan feedback yang baik pula
2. Memberikan tugas dan tanggungjawab
secara bergiliran disekolah
3. Mendorong tugas-tugas pembantuan dan
tanggungjawab rumah.
f. Motivasi/inisiatif
Inisiatif lahir dengan terbiasanya
seseorang akan fenomena yang dihadapi. Semakin cepat mengambil inisiatif, maka
akan semakin cepat dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan. Melatihnya menggunakan
pembiasaan serta arahan-arahan agar siswa terbiasa mengambil sikap.
Peranan
guru adalah dalam melatih inisiatif dan motivasi adalah:
1) Membuat kegiatan kreatifitas sekolah
dengan berbagai bentuk kegiatan.
2) Mengembangkan kebiasaan lomba dengan
berbagai dimensi.
3) Melakukan studi perbandingan dalam
bentuk cerita yang membangun semangat, sportifitas dan sejenisnya
g. Mampu beradaptasi
Peranan guru dalam mendorong anak
beradaptasi adalah:
1) Menumbuhkan kegiatan luar sekolah,
seperti outbond dan pramuka
2) Mengenalkan anak kepada lingkungan yang
tidak lazim mereka rasakan
h. Anatikal
Kemampuan anatikal dibangun dengan
mempelajari berbagai teori dari pembidangan yang dipilih, maka kemampuan ini
dapat berkembang didorong oleh kemampuan sang guru, metode pengajaran dan
ketersediaan alat/buku dan laboratorium. Peranan gurunya yaitu:
1) Mendorong kebiasaan membaca anak
disertai dengan menulis
2) Memperhatikan anak dan menempatkannya
sesuai dengan bakatnya
3) Mendorong agar tumbuh kembangnya
kebiasaan analisis anak
i.
Organisasi
Kegiatan organisasi adalah melatih anak
untuk bekerja secara organisatoris, mampu bekerjasama dalam bentuk tim, dan
tentunya diilhami oleh visi dan misi organisasi itu dikembangkan. Pesan yang
dapat diambil hikmahnya yaitu kegiatan organisasi melatih anak terbiasa
menghadapi pekerjaan, dengan sekala waktu yang terbatas, menghimpun banyak
anggota, serta dengan sumberdaya yang selalu terbatas.
j.
Orientasi
detail.
Orientasi detail mampu mengasah
ketelitian anak, memiliki wawasan antisipatif terhadap fenomena yang muncul
ketika melakukan kegiatan apapun. Kegiatan guru yang bisa dilakukan untuk
menumbuhkan ini adalah:
1) Terbiasa untuk menyelenggarakan lomba
disekolah
2) Terbiasa untuk menuntut dan mengarahkan
anak agar lebih detail dalam melihat suatu persoalan.
3) Guru terbiasa mengajak anak
antisipatif.
k. Percaya diri
Satu-satunya yang lazim dilakukan agar
kepercayaan diri anak didik adalah dengan membiasakan anak didik untuk tampil
menguasai ruangan dan kelompok. Mereka terbiasa memimpin rapat bergantian,
tampil didepan. Langkah praktis yang dapat dilakukan adalah dengan membuat
kegiatan yang bergantian dari kegiatan itu menugaskan anak didik untuk mau
tampil memimpin acara.
l.
Sopan/beretika
Kesopanan dan etika dibangun dari
institusi pendidikan. Karena disanalah adanya batasan yang disadari sebagai
sebuah norma yang mesti dimiliki oleh anak didik. Dirumah tangga mungkin karena
keterbatasan orang tua, maka norma yang berkembang sangat variatif.
3. Pengembangan kurikulum berbasis soft skill
Model atau konstruksi merupakan ulasan
teoritis tentang suatu konsepsi dasar.[9]
Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang
suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan
tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan
dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan
suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan
pendidikan/pembelajaran.
Model pengembangan kurikulum adalah
model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan
kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang
dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah
atau sekolah.Menurut UU No. 20 tahun 2003, kurikulum dianggap
sebagaiseperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahanpelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraankegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[10]
Dilihat dari cakupan pengembangannya
ada dua pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan kurikulum yaitu :
a. Pendekatan Top Down
Pendekatan ini muncul karena atas
inisiatif para pejabat pendidikan atau para administrator atau dari pemegang
kebijakan(pejabat) pendidikan seperti Dirjen atau Kepala Kantor Wilayah.
Prosedur kerjaatau proses pengembangan kurikulum model ini dilakukan sebagai
berikut :
1) Dimulai dengan pembentukan tim pengarah
oleh pejabat pendidikan
2) Menyusun tim atau kelompok kerja untuk
menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim
pengarah.
3) Hasilnya diserahkan kepada tim perumus
untuk dikaji untuk diberi catatan-catatan untuk direvisi.
4) Para administrator selanjutnya memerintahkan
kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun.
b.
Pendekatan Grass Root
Pengembangan
kurikulum ini dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator,
kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, oleh sebab itu pendekatan
ini dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Pendekatan ini
lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum.ada beberapa langkahnya
yaitu :
1) Menyadari
adnya masalah
2) Mengadakan
refleksi
3) Mengajukan
hipotesis atau jawaban sementara
4) Menentukan
hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi
dan kondisi lapangan.
5) Mengimplementasikan
perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga terpecahkan masalah
yang dihadapi.[11]
Ada 8 konsep dasar model
kurikulum yang diperkenalkan dalam buku Developing the curricullum
yaitu:[12]
a.
Model Taba,
yang menggunakan pendekatan grass-roots
pengembangan kurikulum dan pendekatan induktif yang disusun dari hal-hal yang
spesifik menuju bentuk kurikulum yang luas. Selain itu dalam penyusunannya
harus dilakukan oleh guru sekolah untuk siswa sekolahnya sendiri.
b.
Model Saylor, Alexander dan Lewis, yang mengkonsepkan proses perencanaan
kurikulum berdasarkan pengertian kurikulum sebagai suatu rencana untuk mempersiapkan
perangkat-perangkat yang berkaitan dengan kesempatan pembelajaran bagi
seseorang untuk dididik. Perencanaan kurikulum ini digambarkan sebagai
sekumpulan rencana-rencana kecil untuk porsi-porsi utama dalam kurikulum.
c.
Model Tyler,
yang dikenal sebagai The Tyler Rationale,
yaitu suatu proses untuk
menyeleksi tujuan-tujuan pendidikan yang dikenal luas dan dilaksanakan di dalam
lingkup kurikulum. Tyler mengusulkan sebuah model pengembangan kurikulum yang
agak komprehensif, yaitu dengan merekomendasikan kepada pengembang kurikulum untuk mengidentifikasi
tujuan-tujuan umum dengan mengumpulkan data dari 3(tiga) sumber(para peserta
didik, kehidupan nyata di luar lingkungan kampus, dan mata-mata pelajaran)
untuk selanjutnya disempurnakan melalui 2(dua) saringan yang terdiri atas
filosofi sosial dan kependidikan sekolah, serta psikologi pembelajaran.
Hasilnya adalah tujuan pembelajaran khusus. Ada empat tahapan yang harus
dilakukan dalam pengembangan kurikulum model Ralph Tyler, yaitu menentukan
yujuan pendidikan, menentukan proses pembelajaran,nmenentukan organisasi
kurikulum dan menentukan evaluasi pembelajaran.
d.
Model Oliva,
yang berprinsip bahwa kurikulum itu harus sederhana, komprehensif dan
sistematis. Secara siklus garis besar dan berurutan terdiri atas uraian
filosofis, uraian tujuan pembelajaran umum (goals), dan tujuan pembelajaran
khusus (objectives), desain perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
e.
Model Dynamic Skillback, Model ini dalam buku Aplikasi pengembangan kurikulum mengorientasikan
pengembangan kurikulum ini untuk pengembangan kurikulum dilevel sekolah sesuai
dengan kebutuhan sekolah.[13]
f.
Model Nicholls ada lima langkah penting untuk mengembangkan yaitu
analisis situasi, menetukan tujuan, mengorganisasi isi pelajaran, mengorganisasi
metode, evaluasi.
g. Model Wheeler :
pengembangan kurikulum merupakan sebuah siklus yang harus terus berulang demi
terciptanyakurikulum yang progresif dari masa ke masa. Lima tahapan menurut
Wheeler juga tak jauh beda dengan model yang lain. bedanya ada penentuan
pengalaman belajar.
h. Model Beauchamp : tidak
jauh beda dengan yang lain juga Beauchamp juga memiliki lima tahapan dalam
pengembangan kurikulum dimana disetiap poinnya ada penjabaran lanjutan. Seperti
menetapkan prosedur dijabarkan lagi membentuk tim, melakukan penilaian, studi,
rumusan, dan terakhir penyusunan.[14]
Jika
kurikulum dikatakan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu, maka cara menumbuhkan soft skills dalam proses pembelajaran
adalah dengan memasukkan muatan soft skills ke dalam kurikulum
pembelajaran. Karena telah dijelaskan kurikulum itu sebagai rencana
pembelajaran yang berisi mengenai tujuan, isi, bahan serta cara yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu, jika muatan soft
skills sudah dimasukkan ke dalam kurikulum akan memudahkan guru dalam
merancang kegiatan pembelajaran.
Kurikulum
yang digunakan sebaiknya bisa menyesuaikan dengan keadaan yang ada dan
kebutuhan. Dalam mengintegrasikan soft skills dalam kurikulum tentunya
bukanlah hal yang mudah dilakukan. Namun dengan usaha sedikit demi sedikit
untuk menyusunnya dan tentunya dengan lebih mempraktikan atau menjadi contoh
bagi siswa daripada hanya memberikan teori saja, soft skills lambat laun
akan menjadi sesuatu yang wajib diberikan dan dikembangkan dalam setiap proses
pembelajaran. Menurut Elfindri dkk, “sudah saatnya proses pendidikan dari
nilai-nilai universal di sekolah melalui integrasi aspek soft skills ke
dalam sebagian besar mata ajar yang diberikan”.[15]
D.
KESIMPULAN
Soft
skills merupakan
keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau
bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang
akan semakin terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan
emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan
moral, santun dan keterampilan spiritual.
Jika kurikulum
dikatakan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka cara
menumbuhkan soft skills dalam proses pembelajaran adalah dengan
memasukkan muatan soft skills ke dalam kurikulum pembelajaran. Karena
telah dijelaskan kurikulum itu sebagai rencana pembelajaran yang berisi
mengenai tujuan, isi, bahan serta cara yang digunakan dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu, jika muatan soft skills sudah dimasukkan
ke dalam kurikulum akan memudahkan guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.
Kurikulum yang
digunakan sebaiknya bisa menyesuaikan dengan keadaan yang ada dan kebutuhan.
Dalam mengintegrasikan soft skills dalam kurikulum tentunya bukanlah hal
yang mudah dilakukan. Namun dengan usaha sedikit demi sedikit untuk menyusunnya
dan tentunya dengan lebih mempraktikan atau menjadi contoh bagi siswa daripada
hanya memberikan teori saja, soft skills lambat laun akan menjadi
sesuatu yang wajib diberikan dan dikembangkan dalam setiap proses pembelajaran.
Menurut Elfindri dkk, “sudah saatnya proses pendidikan dari nilai-nilai universal
di sekolah melalui integrasi aspek soft skills ke dalam sebagian
besar mata ajar yang diberikan”.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdani,Hamid.
2012.Pengembangan Kurikulum pendidikan, Bandung :Pustaka setia.
Eflfidri dkk,. 2011. Soft Skills untuk Pendidik, Jakarta:
Baduose Media.
Mulyono, Iyo. 2011. Dari Karya tulis Ilmiah sampai dengan Soft
Skills, Bandung: Yrama Widya.
Sailah, Illah. 2008. Pengembangan Soft Skills di perguruan Tinggi,
Jakarta: Direktorat Jendral Perguruan Tinggi.
Wibowo,
Agus. 2012. Menjadi Guru Berkarakter,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dinata,
Nana Syodih Sukma. 2012. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Pratek.
Bandung Remaja Rosdakarya.
Mudlofir,
Ali. 2011. Aplikasi pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam,
Jakarta : Rajawali.
Oliva, Peter F. 1991. Developing the Curriculum, third edition.
New York. Harper Collins Publishers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar