Dalam dunia psikologi belajar
terdapat aneka ragam mazhab (aliran pemikiran) yang berhubungan dengan
perkembangan moral. Diantara ragam mazhab perkembangan sosial ini paling
menonjol dan layak dijadikan rujukan adalah:
1. Aliran teori cognitive Psychology dengan
tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg.
2. Aliran teori Social Learning dengan
tokoh utama Albert. Bandura dan R.H Walters.
Para tokoh-tokoh psikologi tersebut
telah banyak melakukan penelitia yang mana pada penelitiannya setiap tahapan
perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan perkembangan perilaku moral
yaitu perilaku baik dan buruk menurut norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Menurut teori Kohlberg telah
menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral
dan berkembang secara bertahap.Dalam Teori Kohlberg mendasarkan teori
perkembangan moral pada prinsip-prinsip dasar hasil temuan Piaget.[1]
Menurut Kohlberg sampai pada
pandangannya setelah 20 tahun melakukan wawancara yang unik dengan
anak-anak.Dalam wawancaranya, anak-anak diberi serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya
menghadapi dilema-dilema moral. Berikut ini ialah dilema Kohlberg yang paling
populer: Di Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis kanker
khusus. Ada satu obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut
adalah sejenis radium yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di
kota yang sama. Biaya membuat obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker
menetapkan harganya 10x lebih mahal dari biaya pembuatan obat tersebut. Untuk
pembuatan 1 dosis obat ia membayar $ 200 dan menjualnya $2.000. Suami pasien
perempuan, Heinz pergi ke setiap orang yang ia kenal untuk meminjam uang,
tetapi ia hanya dapat mengumpulkan $1.000 atau hanya setengah dari harga obat.
Ia memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar apoteker
bersedia menjual obatnya lebih murah atau membolehkannya membayar setengahnya
kemudian. Tetapi sang apoteker berkata”tidak,
aku menemukan obat, dan aku harus mendapatkan uang dari obat itu.”Heinz menjadi
nekat dan membongkar toko obat itu untuk mencuri obat bagi istrinya.Cerita ini
adalah salah satu dari 11 cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk
menginvestigasi hakekat pemikiran moral.Setelah membaca cerita, anak-anak yang
menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema moral.Haruskah
Heinz mencuri obat?Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah?Pataskah suami
yang baik itu mencuri?dll.
Berdasarkan penalaran-penalaran
yang diberikan oleh responden dalam merespon dilema moral ini dan dilema moral
lain. Dengan adanya cerita di atas menurut Kohlberg menyimpulkan terdapat 3
tingkat perkembangan moral, yang masing-masing ditandai oleh 2 tahap.[2]
Ketika kita khususkan dalam
memandang teori perkembangan moral dari sisi pendidikan pada peserta didik yang
dikembangkan pada lingkungan sekolah maka terdapat 3 tingkat dan 6 tahap yaitu
:
1. Tingkat Satu : Moralitas Prakonvensional
Yaitu : ketika manusia berada dalam fase perkembangan prayuwana mulai dari usia
4-10 tahun yang belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.Yang
mana dimasa ini anak masih belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi
sosial. Pada tingkat pertama ini terdapat 2 tahap yaitu :
a. Tahap 1. Orientasi kepatuhan dan
hukuman. Adalah penalaran moral yang yang didasarkan atas hukuman dan anak-anak
taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat. Dengan kata lain
sangat memperhatikan ketaatan dan hukum. Dalam konsep moral menurut Kohlberg
ini anak menentukan keburukan perilaku berdasarkan tingkat hukuman akibat
keburukan tersebut. Sedangkan perilaku baik akan dihubungkan dengan
penghindaran dari hukuman.
b. Tahap 2. Memperhatikan Pemuasan
kebutuhan. Yang bermakna perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan keinginan
dan kebutuhan sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
2. Tingkat Dua : Moralitas Konvensional
Yaitu ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase perkembangan yuwana pada
usia 10-13 tahun yang sudah menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi
sosial. Pada Tingkat dua ini terdapat 2 tahap yaitu:
a. Tahap 3. memperhatikan citra anak yang
baik, Maksudnya : anak dan remaja berperilaku sesuai dengan aturan dan patokan
moral agar dapat memperoleh persetujuan orang dewasa, bukan untuk menghindari
hukuman. Semua perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuannya, jadi ada
perkembangan kesadaran terhadap perlunya aturan. Dalam hal ini terdapat pada
pendidikan anak. Pada tahap 3 ini disebut juga dengan Norma-Norma
Interpernasional ialah : dimana seseorang menghargai kebenaran, keperdulian,
dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan
moral.
b. Tahap 4. memperhatikan hukum dan
peraturan. Anak dan remaja memiliki sikap yang pasti terhadap wewenang dan
aturan. Hukum harus ditaati oleh semua orang.
3. Tingkat Tiga : Moralitas
Pascakonvensional yaitu ketika manusia telah memasuki fase perkembangan yuwana
dan pascayuwana dari mulai usia 13 tahun ke atas yang memandang moral lebih
dari sekadar kesepakatan tradisi sosial. Dalam artian disini mematuhi peraturan
yang tanpa syarat dan moral itu sendiri adalah nilai yang harus dipakai dalam
segala situasi. Pada perkembangan moral di tingkat 3 terdapat 2 tahap yaitu:
a. Tahap 5. Memperhatikan Hak Perseorangan,
maksudnya dalam dunia pendidikan itu lebih baiknya adalah remaja dan dewasa
mengartikan perilaku baik dengan hak pribadi sesuai dengan aturan dan patokan
sosial. Perubahan hukum dengan aturan dapat diterima jika ditentukan untuk
mencapai hal-hal yang paling baik. Pelanggaran hukum dengan aturan dapat terjadi
karena alsan-alasan tertentu.
b. Tahap 6. Memperhatikan
Prinsip-Prinsip Etika, maksudnya : Keputusan mengenai perilaku-pwerilaku sosial
berdasarkan atas prinsip-prinsip moral, pribadi yang bersumber dari hukum
universal yang selaras dengan kebaikan umum dan kepentingan orang lain. Keyakinan
terhadap moral pribadi dan nilai-nilai tetap melekat meskipun sewaktu-waktu
berlawanan dengan hukum yang dibuat untuk menetapkan aturan sosial. Contoh :
Seorang suami yang tidak punya uang boleh jadi akan mencuri obat untuk
menyelamatkan nyawa istrinya dengan keyakinan bahwa melestarikan kehidupan
manusia merupakan kewajiban moral yang lebih tinggi daripada mencuri itu
sendiri.[3]
[1]Rofiah, Teori Perkembangan Moral Menurut Kohlberg _Orthevie's
Blog.Htm, Diakses Tanggal 24 Oktober 2016.
[2]Desmita, Psikologi
Perkembangan., (Jakarta: Rosda Karya, 2006), Hlm.
[3]Satriana, Perkembangan Moral Menurut Teori Lawrence
Kohlberg _ Malpalenisatriana’s Blog.Htm, Diakses Tanggal 24 Oktober 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar